Bismillah
Berjalan menyusuri jalanan yang penuh dengan kendaraan yang berlalu lalang, suara klakson seakan tak mao berhenti. berjalan terus berjalan tanpa henti melawan waktu yang semakin sempit. berjalan terus dengan hati yang terkoyak dan masih sedikit menyimpan harap hanya untuk menggenggam jemarinya.
Ular besi yang melaju dengan kencang menghantarkan hati yang sudah terkoyak menuju suatu tempat. keringat kembali mengucur deras di pelipis keningnya, kecemasan mulai menghantui sepanjang perjalanannya, jantungpun berdetak semakin keras, sungai beningpun mulai mengalir dipipi nya yang menawan. dan malam itu tak ada usapan hanya beberapa sorot mata yang memandangnya dengan keanehan.
perjalanan masih panjang, suara terdengar menggelegar di langit. tak ada cahaya bintang dan bulan pun tertutup awan gelap. kecemasan pun bertambah dengan ketakutan lagi dan lagi. Angin bertiup kencang tak lama hujan pun membasahi tanah, rasa dingin merasuk tulang jiwa, tak ada jemari yang menghangatkannya yah, jemari yang 180 hari lebih memberikan kehangatan padanya. tak ada hati yang menunggunya.. kini hanya hati yang terkoyak yang terlihat menyimpan sebuah harap kecil pada tubuh yang tegap.
Tiba ...
Resah, Cemas, Ketakutan, Sendiri, Dingin, Angin bertiup kencang ..
kemudian ..
dia berdiri di pintu gerbang yang sering dilewatinya tiap pekan, ia hapal .. disusurinya tiap jalan dengan kesabaran, memerhatikan disekelilingnya. Sunyi ... lagi lagi sunyi ..
tertutup .. rumput hijau itu masih terlihat segar, jalan itu masih sama seperti kemaren, selangpun masih menancap diujung kerannya, semuanya masih sama tak ada yang berubah.
malam semakin larut, semakin sunyi, hati yang terkoyak itu berdiri Di depan Teras Rumahmu. sekiranya tubuh tegap itu dapat melihat, ia tak akan berjalan di atas lukanya.
Hati yang terkoyak itu masih menunggu di depan teras rumahmu, Masih ...
Hati yang terkoyak itu adalah aku, Kekasihmu ..
Bogor, 21 July ...
No comments:
Post a Comment